Benarkah rasa malas itu ada obatnya?

Benarkah rasa malas itu ada obatnya? 



 Kita semua tahu bahwa setiap orang pasti memiliki rasa malas dan itu merupakan hal yang wajar, namun jika rasa malas tersebut dibiarkan maka dapat menimbulkan efek yang negatif, baik bagi kegiatan sehari-hari mau pun kesehatan tubuh kita sendiri. Kaum rebahan, kalimat itu menjadi istilah di masyarakat untuk mereka yang senang rebahan. Tidak hanya itu, kaum rebahan digadang-gadang juga sebagai sebutan bagi orang-orang yang suka bermalas-malasan. Alasan nomor satunya adalah ‘mager’. Mager adalah singkatan dari malas gerak.
       Dr. Richard Weiler mengatakan bahwa kemalasan harus mulai dikategorikan sebagai penyakit. Malas berkepanjangan berdampak kepada penyakit berbahaya seperti obesitas, diabetes dan hipertensi, sehingga bisa disimpulkan bahwa malas adalah sumber penyakit. Oleh karena itu, harus segera diatasi dan dicari solusinya.
       Malas adalah perilaku seseorang yang cenderung tidak aktif dan kurang semangat dalam melakukan aktivitas. Sifat malas adalah dampak dari kurangnya kecakapan dalam mengatur waktu dan kurangnya disiplin diri, bukan dari faktor genetik. Prilaku manusia tentunya kita tahu diatur oleh otak manusia itu sendiri, dimana sistem dalam tubuh manusia juga memainkan peran penting dalam aktivitas manusia itu sendiri. Salah satu hal yang memainkan peran penting pada tubuh manusia adalah hormon. Hormon pada umumnya diproduksi kelenjar endokrin saat dibutuhkan dan dalam jumlah sedikit, namun mempunyai dampak respon yang luas. Hormon bertindak sebagai pembawa pesan kimiawi (messenger) untuk dibawa ke organ sasaran dan diterjemahkan pesan yang didapat di organ tersebut. Hormon memiliki fungsi yang sama dengan neurotransmitter. Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi dalam tubuh yang bertugas untuk menyampaikan pesan antara satu sel saraf (neuron) ke sel saraf target. Sel-sel target ini dapat berada di otot, berbagai kelenjar, dan bagian lain dalam tubuh. Neurotransmiter memainkan peran yang sangat penting untuk otak dalam mengatur kinerja berbagai sistem tubuh. Hal yang mebedakan antara hormon dan neurotransmitter, ialah pada asalnya, hormon miliki sistem edokrin, sedangkan neurotransmitter milik sistem saraf.
       Jurnal Cerebral Cortex yang diterbitkan oleh Oxford Academic pada tahun 2012 melakukan sebuah studi dan menemukan bahwa tingkat dopamin di otak juga dapat berdampak pada motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu. Tingkat dopamin akan memberikan dampak yang berbeda di berbagai area otak. Peneliti menemukan bahwa para pekerja keras memiliki dopamin paling banyak di dua area otak yang memainkan peran penting dalam penghargaan dan motivasi. Dikenal sebagai neurotransmitter rasa senang, dopamin memainkan peran penting untuk daya ingat, perilaku, mempelajari sesuatu, hingga koordinasi gerak tubuh. Selain itu, neurotransmitter ini juga berfungsi dalam pergerakan otot. Dopamin atau dengan nama IUPAC 4-(2- aminoethyl)benzene-1,2-diol (DA) adalah salah satu dari katekolamin alami yang berperan penting sebagai neurotransmitter dalam sistem hormon, sistem saraf kardiovaskular dan saraf pusat.
       Ilmu biologi tentunya mempelajari tentang proses apa saja yang terjadi didalam tubuh makhluk hidup, dimana hal tersebut dapat dikaitkan dengan ilmu lain menjadi biopsikologi. Biopsikologi adalah ilmu aplikasi atau terapan biologi (ilmu hayati) dan psikologi (ilmu tentang perilaku manusia). Jadi biopsikologi merupakan pendekatan psikologi dari aspek biologi. Pada konsep ini, ahli biopsikologi melihat bahwa sifat dan tingkah laku manusia juga mengalami pewarisan dari induk asal. Namun hal tersebut tidak berkaitan dengan rasa malas pada manusia faktor yang mempengaruhi rasa malas, contohnya prilaku dan faktor eksternal dari luar. Salah satunya ialah lingkungan melalui proses sensorik dan motorik manusia. Proses sensorik dan motorik merupakan dua proses yang berhubungan dalam menghasilkan perilaku. Proses sensorik adalah proses masuknya rangsangan melalui alat indera yang diteruskan ke otak (serebral), sedangkan proses motorik adalah dorongan untuk melakukan berbagai bentuk aksi-aksi gerakan setelah penerimaan informasi, pemberian makna terhadap informasi, pengolahan informasi, dan proses pengambilan keputusan.
       Menurut  Dudi Hartono (2020) dalam bukunya yang berjudul psikologi, proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input sensorik yang diterima. Secara umum proses sensorik juga dapat diartikan sebagai proses masuknya rangsangan melalui alat indera ke otak (serebral), kemudian kembali melalui saraf motoris dan berakhir dengan perbuatan. Akibat proses sensorik manusia dapat berprilaku dalam bentuk fantasi, berpikir, dan perasaan.
       Lalu dari semua hal tersebut apakah rasa malas itu sendiri merupakan hal yang wajar jika kita melihat dari sudut padang ilmiah?, namun tentunya jika rasa malas dibiarkan saja maka akan menjadi tidak baik dimana seperti yang dikatakan Dr. Richard Weiler, selain itu rasa malas dapat menganggu proses belajar dan aktivitas lainnya. Pada dasarnya obat bagi penyakti malas itu tidak ada, namun terdapat cara mengatasi rasa malas sebelum rasa malas tersebut dating seperti pola hidup yang sehat, istirahat yang cukup, rajin berolaraga, dan makan makanan yang sehat karena ketika kita lapar maka kita membutuhkan asupan untuk energi beraktivitas. Kembali lagi pada diri sendiri, apakah ingin seperti apa, membiarkan rasa malas karena itu adalah hal yang wajar terjadi pada manusia atau melawan rasa malas dengan tidak menjadikan alasan apa pun sebagai hal yang menyebabkan rasa malas, karena kita lah yang mengatur pekiran kita bukan rasa malas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Olimpade Biologi (OSAGI II) Tingkat SMA sederajat

soal olimpiade tingkat SMP sederajat tahun 2014

DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus)