OASE (Buletin Spiritual)


BERBAGI ITU INDAH


Berbagi itu indah, kalimat tersebut yang sering saya dengar dan ternyata selain kalimat tersebut masih adalagi sebuah kalimat yaitu Berkorban Itu Indah.
Sejenak saya berfikir, Kenapa Bisa Berkorban Itu Indah?, apa bedanya dengan Berbagi itu indah?. Hal tersebut yang membuat saya merenung sebentar, dan semua hal tersebut terjawab setelah saya membaca cerita berikut:
Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin. “Apa kabar daun hijau!!!” katanya. Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang. “Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?” tanya daun hijau.
“Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?” kata ulat kecil. “Tentu … tentu … mendekatlah ke mari.” Daun hijau berpikir, jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau, hanya saja aku akan kelihatan belobang-lobang, tapi tak apalah.
Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang, ulat berterima kasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau.
Sekalipun tubuhnya kini berlobang di sana sini, namun ia bahagia bisa melakukan bagi ulat kecil yang lapar. Tidak lama berselang ketika musim panas datang, daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.

Apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan binasa. Daun hijau yang baik mewakili orang-orang yang masih mempunyai “hati” bagi sesamanya.

Yang tidak menutup mata ketika melihat sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah-olah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah.

Ketika berkorban, diri kita sendiri menjadi seperti daun yang berlobang, namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita. Kita akan tetap hijau, Tuhan akan tetap memberkati dan memelihara kita.

Bagi “daun hijau”, berkorban merupakan satu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai daun hijau. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Sahabat Biologi Sejati, demikianlah hidup kita, hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik: kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati. Betapa indah hidup ini jika kita dapat memenuhi segalanya dengan penuh keikhlasan. Karena dengan itu semua, kita dapat menjalani hidup ini dengan indah, mudah, dan penuh berkah.
Bukankah kita makhluk sosial? Kita hanyalah makhluk yang penuh dengan kebutuhan dan sangat membutuhkan bantuan orang lain. Apa gunanya hidup ini jika kita serba sendiri? Tak berguna!!! Dan pernyataan untuk tidak mebutuhkan pertolongan orang lain itu tidak mungkin. Karena setiap orang di muka bumi ini harus menerima kenyataan bahwa kita adalah makhluk sosial. Maka dari itu, salinglah tolong menolong, saling membantu dan saling berbagi kepada sesama manusia. Karena ingat : Berbagi itu indah ! J


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Soal Olimpade Biologi (OSAGI II) Tingkat SMA sederajat

soal olimpiade tingkat SMP sederajat tahun 2014

Berdamai dengan Badai : Teman mengarungi badai kehidupan.